Hawking-Aldrin Rintis Ekspansi Antariksa

Kamis, 10 Maret 2011

NASA/Paul E. AlersStephen Hawking
KOMPAS.com — Tokoh ternama dalam bidang astrofisika dan kosmologi, Stephen Hawking, merancang kerja sama dengan Buzz Aldrin, astronot sekaligus manusia kedua yang berhasil menginjakkan kaki di bulan. Kerja sama keduanya dirintis dengan tujuan mengupayakan masa depan manusia yang lebih baik di luar angkasa.
Detail dari kerja sama tersebut masih belum jelas saat ini, tapi keduanya memiliki mimpi besar. Setelah bertemu beberapa waktu lalu, mereka memberi pernyataan yang mengungkapkan, "Kerja sama bertujuan mendefinisikan dan merumuskan Visi Antariksa Terpadu yang membantu keberlanjutan ekspansi manusia ke luar angkasa dan menjamin kesintasan spesies manusia."
Mereka menambahkan, rumusan tersebut akan membantu manusia dalam menyelesaikan persoalan di bumi. Rumusan juga akan memberikan fondasi yang mantap untuk membangun koloni manusia di seluruh tata surya.
Hawking dan Aldrin mengatakan, hal itu tak mungkin dilakukan oleh satu negara saja, melainkan lewat kerja sama. "Misi terpadu ini akan membentuk kepemimpinan global. Ketika tiap negara bekerja sama, dan bukan hanya saling berkompetisi seperti dahulu, maka tiap negara akan berkontribusi dalam kekuatan dan sumber daya tertentu," papar keduanya secara tertulis dalam rilis setelah pertemuannya.
Aldrin memang telah pensiun dari pekerjaannya, tapi hingga kini masih terus terlibat dalam eksplorasi antariksa. Ia mendukung visi Presiden Barack Obama yang lebih memilih mengeksplorasi asteroid pada tahun 2025 dan Mars pada 2030 daripada fokus untuk kembali mengeksplorasi Bulan.
Hawking sendiri walaupun menderita penyakit neurodegeneratif amyotrophic lateral sclerosis, tetap menjadi salah satu astrofisikawan dan kosmolog handal dunia. Tahun lalu, ia membuat program televisi yang di dalamnya berisi pernyataan bahwa tak ada jaminan alien akan menjadi rekan manusia. Alien bisa saja datang sebagai penjajah, menggali sumber daya di bumi, dan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka.
Mengenai pertemuan dan kerja sama dengan Hawking, Aldrin mengaku sangat terkesan. "Saya selalu mengagumi Stephen Hawking dan hasil karyanya yang terus mengembangkan pemahaman kita tentang semesta. Pertemuan kami yang berlangsung selama 3 jam adalah hal yang paling indah dan tak biasa," kata Aldrin.

Rekor Temukan 19 Asteroid dalam Semalam

Rob RatkowskiObservatorium PS1 di Haleakala, Maui.
KOMPAS.com - Teleskop Pan-STARRS PS1 atau yang disingkat PS1 membuat rekor baru dalam perburuan asteroid. Teleskop yang berlokasi di Gunung Berapi Haleakala di Maui, Hawaii ini berhasil menemukan 19 asteroid dalam semalam. Rekor dicetak dari penemuan 29 Januari 2011 lalu.
"Temuan ini merupakan bukti bahwa PS1 adalah teleskop terbaik untuk studi macam ini," kata Pemimpin proyek PS1 Nick Kaiser dari University of Hawaii. Proyek PS1 didanai oleh NASA dan US Air Force Research Laboratory yang bertujuan mencari asteroid yang mengancam bumi.
PS1 yang dilengkapi kamera digital terbesar didesain untuk mengambil ratusan foto angkasa tiap malam. Citra dibandingkan untuk mengetahui gerakan asteroid. Ilmuwan menemukan asteroid dengan melacak pergerakannya relatif latar bintang yang statis.
Pada malam tanggal 29 Januari, sebenarnya PS1 menemukan 30 kandidat asteroid. Namun setelah citra dikirim ke Minor Planet Center dan dianalisa lagi oleh astronom menggunakan teleskop di Mauna Kea Observatories di Hawaii, hanya 19 asteroid saja yang terbukti keberadaannya.
Dua dari 19 asteroid yang ditemukan akan mendekati bumi dalam waktu relatif dekat. Keduanya tidak menimbulkan ancaman serius dalam jangka pendek. Namun, apa yang akan terjadi dalam abad mendatang misalnya, nelum bisa diprediksikan. Bila hantaman asteroid terjadi, dampaknya pada bumi akan luar biasa.
Pan-STARS PS1 adalah singkatan dari anoramic Survey Telescope and Rapid Response System. Teleskop ini meiliki cermin utara selebar 1,8 meter dan pencitraan digital beresolusi 1400 megapiksel. Teleskop ini didesain secara khusus untuk mencari asterid yang berpotensi mengancam bumi.

Sorghum Jadi Bahan "Fast Food" buat Sapi

SHUTTERSTOCKSorghum
JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Ir. Suharyono M.Rur. Sci., kini tengah mengembangkan fast food untuk ternak. Bahan dasar dari fast food tersebut adalah sorghum, jenis tanaman serealia yang bisa tumbuh di lahan kering.
Untuk membuatnya, sorghum terlebih dahulu dibuat menjadi silase. Dalam prosesnya, sorghum dipotong-potong menjadi lebih pendek, kemudian dimasukkan dalam wadah kedap udara dan difermentasi.
"Setelah jadi silase, lalu ditambahkan biosuplemen dan bahan-bahan lain sebagai media," kata Suharyono yang merupakan peneliti nutrisi ternak Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Sorghum yang menjadi bahan dasar pembuatan fast food ini diketahui lebih bernutrisi dari jenis pakan lain seperti rumput gajah. Salah satu indikatornya, sorghum memiliki kandungan protein yang lebih tinggi, yakni 10-12%. Selama ini, sorghum yang diberikan pada ternak berupa silase dan sorghum segar yang telah dipotong-potong.
Diketahui, sorghum juga adalah pangan ternak yang sangat potensial untuk diberikan pada sapi. Fast food untuk ternak ini kini tengah dikembangkan namun wujudnya nanti belum bisa diketahui. Suharyono mengungkapkan, dengan fast food ini, diharapkan penggunaan sorghum lebih meluas dan ternak pun mendapatkan nutrisi yang lebih baik.
Lalu, dimana peran teknologi isotop dan radiasi dalam pengembangan pakan ternak ini? "Dengan isotop, kita bisa tahu apakah pakan itu bagus bagi ternak dengan melihat jumlah fosfor yang terserap. Dengan radiasi, kita bisa tahu logam berat dan mineral yang terdapat di bahan pakan," kata Suharyono.
Sorghum adalah tanaman yang bisa dimanfaatkan biji, batang dan daunnya. Selain bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, tanaman ini juga punya potensi sebagai bahan pangan manusia. Jenis serealia ini bisa ditanam di lahan kering sehingga bisa jadi alternatif bagi penduduk dimana padi, jagung atau gandum sulit dibudidayakan.

Spesies Lele Berkulit Jaguar Ditemukan

Wolmar WosiackStenolicnus ix, sejenis lele kecil yang memiliki pola bintik pada tubuhnya.
KOMPAS.com — Lele mungkin sudah sangat akrab dengan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, bagaimana dengan lele berkulit mirip jaguar? Pastinya ini merupakan hal baru. Para ilmuwan baru saja menemukan spesies ini dan memublikasikan temuannya di jurnal Zootaxa, Kamis (10/3/2011).
Para ilmuwan mengatakan, lele yang ditemukan memiliki tampakan luar berwarna krem dengan bintik-bintik, persis kulit jaguar. Karena kemiripan itu, lele jaguar ini kemudian dinamai Stenolicnus ix. Dalam bahasa Maya, "ix" adalah kata yang merujuk pada spesies jaguar.
Stenolicnus ix memiliki perbedaan menonjol dengan hewan lain pada genus yang sama. Spesies ini memiliki panjang nasal barbel yang berbeda dari spesies lain segenus. Nasal barbel adalah organ taktil yang memanjang dari mulut, berwujud mirip kumis kucing.
Spesies ini ditemukan dalam rangkaian ekspedisi di wilayah hutan Amazon bagian utara, Para, Brazilia, wilayah hutan hujan tropis yang mencakup area seluas 4 hektar. Ilmuwan menemukan ketika mengeksplorasi dasar Sungai Curua, menyaring pasir dan sampah daun dengan memakai jaring kecil.
"Ikan ini kami temukan ketika kita akan menyelesaikan penelitian di danau kecil. Spesiesnya sangat kecil karenanya sangat sulit ditemukan. Itulah sebabnya kami hanya mengambil satu sampel," kata Wolmar Wosiack, peneliti dan kurator koleksi ichtyologi di Emilio Goeldi Museum, Para.
Selain lele berkulit jaguar ini, terdapat 15 spesies lainnya yang juga ditemukan di perairan yang sama selebar 5 meter dengan kedalaman 1 meter. Wosiack menemukannya bersama rekannya, Daniel Coutinho, dari Federal University Para dan dan Luciano Montag, mahasiswa pascasarjana di universitas tersebut.
Ekspedisi ini diorganisasi oleh Emilio Goeldi Museum dan Conservation International Brazilia. Ekspedisi dilakukan pada tahun 2008 dan melibatkan 30 ilmuwan, dipimpin oleh Alexandro Aleixo, peneliti dan kurator koleksi burung Museum Goeldi. Eksplorasi dilakukan di wilayah hutan seluas 12 juta hektar.

Dokter Indonesia Sukses Lakukan Transplantasi Hati

Shutterstock
Ilustrasi transplantasi

JAKARTA, KOMPAS.com -
 Tim dokter dari RSUPN Cipto Mangunkusumo berhasil melakukan transplantasi hati yang pertama di Indonesia. Prestasi tersebut diraih dibawah supervisi tim transplantasi hati dari Hangzhou, Cina bekerja sama dengan RS. Puri Indah Jakarta.
Proses transpantasi hati dilakukan pada 13 Desember 2010 terhadap Abdul Mukri (44) pasien hepatitis B dengan pendonor Nisa Zahra (18) anak pertamanya. Operasi kedua dilakukan pada pasien anak, Aulia (6) yang menderita hepatitis autoimun dengan pendonor ayah kandungnya Hariyanto yang dilakukan tanggal 15 Desember 2010.Kedua operasi tersebut dinyatakan berhasil.
Direktur RSCM dr.Akmal Taher, Sp.U menyebutkan operasi transplantasi hati merupakan operasi paling kompleks dalam dunia kedokteran karena itu tim dokter RSCM memerlukan persiapan selama 6 bulan.
"Pasca operasi pasien masih harus dalam pengawasan dokter selama 2 bulan. Karena itu baru sekarang kami berani menyatakan kedua operasi itu berhasil," katanya.
Pasien hepatitis yang memerlukan cangkok hati, menurut dr.Sastiono Sp.B adalah pasien yang berada di stadium akhir atau sirosis. Di Indonesia sebenarnya cukup banyak pasien yang butuh cangkok hati namun terkendala pendonor.
"Belum banyak orang, bahkan anggota keluarga sendiri yang mau memberikan hatinya," katanya.
Padahal, ungkapnya, cangkok hati berbeda dengan transplantasi organ tubuh lainnya. "Pada prinsipnya hanya sebagian saja hati yang dipotong karena hati punya sifat meregenerasi atau bisa tumbuh kembali," imbuh ketua tim dokter transplantasi hati dari RSCM ini dalam acara serah terima pasien kepada institusi tempat pasien bekerja.
Ditambahkan oleh dr.Irsan Hasan, Sp.PD, operasi pencangkokan hati ini masih dalam fase transfer knowledge di bawah supervisi Profesor Shu-Sen Zheng dari Zhejiang University School of Medicine, Hangzhou, China.
"Setelah berhasil melakukan operasi transplantasi hati sampai 6 kali selanjutnya tim dokter kita akan melakukannya sendiri. Sekarang ini kami sedang menyiapkan operasi tahap 2 yang akan dilakukan dalam waktu dekat," paparnya.
Tim dokter transplantasi hati RSCM terdiri dari 34 orang dokter dari berbagai keahlian, termasuk dokter bedah, anastesi, patologi klinik, dokter anak, hingga ahli gizi. Keberhasilan ini juga diharapkan mampu membuktikan bahwa dokter tanah air mampu memberi layanan berstandar internasional dengan penghematan biaya hingga 50 persen dibanding biaya operasi serupa di luar negeri.

Meteorit Bawa Alien Berbentuk Cacing

Richard Hoover/The Journal of CosmologyHelai-helai yang diduga sebagai fosil alien atau makhluk asing berbentuk seperti cacing ditemukan di sebuah meteorit.
KOMPAS.com - Seorang peneliti dari NASA mengklaim telah menemukan bukti adanya makhluk angkasa luar (alien). Laporan yang ditulis Richard Hoover yang dipublikasikan di Journal of Cosmology, Jumat (4/3/2011), memuat foto makhluk semacam cacing berukuran mikroskopik.
Dia menyatakan telah menemukan fosil amat kecil pada meteorit. Dari fragmen yang dibawa Hoover tampak beberapa tipe meteorit kondrit karbon (carbonaceous chondrite) yang merupakan materi dengan kandungan air dan materi organik relatif tinggi.
Penemuan tersebut memancing optimisme sekaligus skeptisisme dan kini diteliti oleh 100 ilmuwan. Hoover menyimpulkan, bakteri yang menjadi fosil tersebut bukan hasil kontaminasi dengan bumi, melainkan sisa-sisa makhluk hidup yang memfosil yang pada mulanya hidup di komet, bulan, dan bintang

Robot Cheetah Diciptakan untuk Berlari

Minggu, 06 Maret 2011


BOSTON DYNAMICS Robot bernama ATLAS yang dikembangkan Boston Dynamics dan didanai DARPA ini dirancang untuk berlari secepat cheetah.
KOMPAS.com — Lembaga riset pertahanan di Amerika Serikat, Defense Advanced Research Projects Agency tengah memiliki proyek ambisius. Mereka menciptakan robot pelari yang diberi nama ATLAS. Robot berkaki empat berbentuk cheetah itu memang dirancang menjadi pelari cepat.
Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) menggandeng Boston Dynamics untuk mengembangkan robot pelari tercepat di dunia itu. Robot ini diharapkan bisa memanjat, melewati ruang-ruang sempit, dan bisa bermanuver dengan lincah. ATLAS diharapkan dapat menembus kecepatan 20-30 mil per jam (32-48 km per jam, jika 1 mil setara 1,6 km). Walau demikian, ia belum mampu meniru kecepatan asli cheetah.
Boston Dynamics selama ini telah berpengalaman mengembangkan robot pintar. Sebelumnya, perusahaan tersebut telah menciptakan robot PETMAN yang berbentuk seperti manusia tanpa kepala dan BIGDOG robot.
Menurut Marc Raibert, Presiden dari Boston Dynamic, pihaknya sampai sekarang masih berusaha menyamai kecepatan cheetah yang mencapai 96-112 km per jam. "Tak ada alasan untuk tidak menyamai kecepatan asli, tetapi butuh waktu untuk mencapai angka itu," kata Marc Raibert, Presiden Boston Dynamics, kepada Boston Herald.
DARPA membiayai program ini dengan tujuan menciptakan robot yang cepat dan mampu bergerak lincah. Prototipe ATLAS akan keluar sekitar 20 bulan lagi. ATLAS mungkin suatu saat dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di medan perang.(National Geographic Indonesia/Arief Sujatmoko)